Langsung ke konten utama

Postingan

Pagi seperti Senja

       Sejak tadi magrib hujan tak berhenti, sesekali berubah menjadi hujan rintik rintik seakan akan memberi kesempatan pada orang orang untuk lewat berlalu lalang dijalanan pinggir kota ini, hanya beberapa saaat hujan deras itu lagi turun dengan siaga nya orang orang berlarian menuju tempat persinggahan, di teras teras toko berderet orang orang yang terjebak hujan, ada juga yang tetap memaksa di guyur hujan tak tau karna terpaksa bisa saja tergesa gesa dengan hal yang lebih penting. Para penjual jasa jas hujan dan payung sibuk berputar putar menawarkan dagangannya, berharap ada yang membeli di saat terjebak seperti itu, tawar menawar mulai terdengar, namun ada juga yang duduk hanya menikmati hujan malam itu sambil memantik sebatang rokok di tanganya, berharap hujan segera reda.             Jalanan terlihat sedikit sepi, hanya mobil berlalu lalang yang melintas, genangan air ada dimana mana, sesekali mobil orang kaya gas tancap tanpa melihat kiri kanan, air sedikit memuncrat
Postingan terbaru

Mendung Yang Berbohong

                                                         Terik matahari sangat menyengat siang ini,panas membahana,  melintang  seakan sampai ke ubun ubun kepala. berdiri saja dari kejauhan patamorgana sangat dekat terlihat di ujung jalan.bagai gelombang dilautan menari nari ingin menghempaskan marah di tepi laut.  angin sepoi sepoi pun tak biasa nya tak ada. Sengap hampa seperti di ruang angkasa. Burung burung engan beterbangan dari dahan sambil bertengger memanjakan bulu yang indah, itu lebih menyenangkan dari pada mencari ulat ulat kecil di rerantingan kayu mati itu.             Memang hampir sudah tiga bulan cuaca di desa ini kemarau panjang. Pohon pohon saja terlihat berkerut bagai sarang ratu semut. sumur warga mulai mengering, air berubah menguning, butuh waktu yang lama untuk menanti endapan air itu turun, seperti trasering saja..sungai terlihat lebih dangkal dari sebelumnya, jelas terlihat pasir bebatuan di dasar sungai. Bahkan sudah banyak bagian bagian lain hanya pasir

pena dan kopi

ini pagi tak seperti kemarin aku tanpa kawan menikmati segelas kopi angin mati di antara garis garis dinding pepohonan kaku sebatang rokok membawa tiap kata yang aku dermakan untuk sebuah puisi mungkin esok baru jadi sebagai tumbuhan baru tegak ke langit, bercabang rantingnya layaknya seribu tangan menari Tuhan, kaucipta tangan-tangan indah itu untuk memelukku ketat dalam irama Puisi lalu matahari menjemput pagi tak pernah luput menerangi bumi menyuburkan hati agar kelak tak mati oleh segala deru Stiawan ZS

Bunga

Aku masih berjalan diatas perinsipku Belajar lebih jauh agar tak terluka saat memetik mu Aku tau engkau bunga mawar tumbuh dalam sinar matahari Tertetes dalam senyum embun pagi Terjaga dalam malam terselimut dalam Doa Kumbang kumbang kecil sering menghampirimu Menyapa sesekali seolah sangat peduli Namun aku tak ingin seperti itu, Aku masih aku yang pernah engkau temui dikala malam hujan itu Aku tak berharap engkau mengerti Namun aku percaya kamu adalah kamu  Bunga yang memberi rasa menyimpan cinta dalam genggaman Doa Hingga waktu yang akan menemukan kita bahwa rasa itu masih sama.

Bidadari Senjakala.

Tak ada yang membenci mu, Bahkan hanya rindu yang terbalut dalam diam Tak usah ragukan aku, tak usah menyapa aku, Biarkan aku lelah disini menantimu, sementara kamu tertawa seakan aku baik baik saja Aku tak menyesal atas semua jalan yang kucari Aku juga tak pernah membenci kenapa ini terjadi Aku lelah, aku tak bisa terus berbohong bahwa aku kuat untuk berdiri dalam sunyi Aku lelah, sering terjatuh tanpa engkau membangkitkanku Aku lelah, hari hari ku tak pernah ada tanpamu Meski aku jauh lebih tak peduli terhadapmu. Maafkan ego ku yang tak bisa mentoler hatimu Dinginkan jiwa mu untuk lebih memahamiku Tak usah ragu, jika engkau lelah katakan saja makian itu aku takkan akan membenci karna aku juga tak mau hanya menyakiti hatimu..

Sepenggal Harapan

Pagi itu cuaca begitu cerah, bunga bunga di halaman rumah tak sempat terlihat basah oleh embun pagi.lalu lalang dijalanan begitu ramai apalagi pagi ini diawali hari senin anak anak berbaju seragam sekolah terlihat tergesa gesa seakan takut terlambat. Belum lagi pegawai negri yang juga lebih terburu buru terlihat dari suara klakson motor yang tiada hentinya. Tapi tidak dengan pak Abdul, sesibuk apapun di lingkungannya dia masih terlihat santai dengan seragamnya kuli harian, dengan bermodal keahlian yang didapat bukan dari sekolah tapi dari kecil masa muda pak abdul di habiskan menjadi karnet kuli bangunan sampai sampai hampir ahli dalam semua bidang arstitek bangunan, hanya tak memiliki izazah seperti arsitek lainya,, hemm begitulah jika tidak sekolah dalam benakku meski aku sendiri memanggilnya uwak master atau setara S2. Hari itu kami duduk sarapan pagi dengan beberapa potong gorengan panas tak lupa dengan seduhan kopi aroma khas kopi tubruk dan rokok tanpa pilter, Aku bukan angg

13 Tahun Tsunami Aceh

Mengenang 13 Tahun Tsunami Aceh Tidak mungkin aku lupa, dikala pagi itu menjadi hari yang paling menyedihkan dihari minggu hendak menuju pasar cuaca yang begitu cerah sontak berubah gelap, burung burung beterbangan dari dahan mencari perlindungan tanah terus bergetar seakan akan marah dalam dendam rumah rumah mulai berobohan, pohon pohon terus terguncang hingga saat puncak alam murka pada manusia samudra laut yang biru penuh dengan kehitaman membubung tinggi menghempaskan hingga luluh lantak menjadi daratan yang pana jeritan dan ketakutan terus terdengar dalam raung jiwa manusia kesedihan tak bisa terungkapkan hanya iman yang menguatkan setiap insan air mata tak terhingga hanya itu yang bisa terucap raga dalam duka bencana. kini hanya Doa dalam genggaman jiwa, Ya Allah,, biarkan saudara kami tenang disisiMu Ya Allah,,lindungilah negeri kami yang mulia ini.